Definisi Nyongkolang Dalam Kebudayaan Suku Sasak NTB - DENAWANTO

1/02/2019

Definisi Nyongkolang Dalam Kebudayaan Suku Sasak NTB

Nyongkolan berasal dari kata songkol / sondol yang artinya; mendorong dari belakang . Nyongkolan bisa didifinisakan sebagai mengiringi atau mengawal pengantin untuk bertandang kerumah keluarga pengantin wanita dalam sebuah prosesi adat pernikahan masyarakat Sasak.
 
 Nyongkolan dilakukan setelah akad nikah dilaksanakan, dan waktunya tergantung dari kesiapan keluarga pengantin pria. Terkadang satu minggu setelah akad nikah bahkan satu bulan, karena tidak ada ketentuan waktu yang harus dalam hukum adat. Prosesi nyongkolan bukanlah suatu keharusan  dalam sebuah upacara perkawinan dikalangan masyarakat suku sasak,bahkan tak jarang masyarkat yang tidak melaksanakan upacara nyongkolan, akan tetapi ada juga sebagian kalangan –kalangan masyarkat tertentu yang mengharuskan dengan alasan adat atau peraturan di kalangan masyarakat tersebut yang biasa juga disebut awik-awik gubuk atau peraturan adat pada sebuah lingkungan tertentu.

Suku Sasak tidak lain merupakan penduduk asli Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.  Istilah nyongkolan itu mewakili kegiatan yang berupa prosesi pengiringan sepasang pengantin dalam rangkaian acara merarik atau dalam bahasa Indonesianya sama dengan ‘menikah’. Menikah yang disebut dengan merarik dalam budaya suku Sasak di Pulau Lombok memiliki tradisi berbeda dengan suku-suku lain di Nusantara. Sedikit menyimpang dengan topik, hal itu sama dengan tradisi pinang-meminang di kalangan orang-orang minangkabau yang juga sedikit berbeda. Perlu diketahui juga di Lamongan, Jawa Timur, juga memiliki tradisi perempuan melamar laki-laki (mungkin seiring kemajuan jaman, yang di Minangkabau an Lamongan mungkin sudah mengalami pergeseran. Kembali lagi ke topik. Perbedaan prosesi itu terletak pada acara melamar, terutama. Kalau sebagai patokan adalah mayarakat Jawa yang memiliki serangkaian acara dari meminang sampai kepada pesta pernikahan, khusus mengenai melamar ini dalam tradisi masyarakat Sasak tidak berlaku. Pria Sasak tidak meminang calon istrinya, melainkan melarikan.

Melarikan calon istri (pacar) dilakukan atas kesepakatan pasangan tersebut dan tanpa sepengetahuan kedua orang si gadis yang akan dilarikan. Untuk lebih jelasnya silakan diklik kata merarik yang berwarna biru dalam paragraf di atas. Tradisi melarikan ini memiliki keunikan-keunikan juga. Ada beberapa kasus unik yang bisa bikin geli dan kasihan. Kawan saya yang seorang guru di daerah Lombok Tengah bercerita sebelum menikah sama istrinya yang sekarang, dia sudah dua kali berencana dan sepakat melarikan pacar-pacarnya sebelumnya, tetapi dua kali itu pula didahului pria lain. Lucu dan menyedihkan memang. Mungkin kasuistis ya, tapi ini benar-benar dialami kawan seangkatan saya dalam PRAJABNAS, pembekalan sebelum menjadi PNS penuh dari status CPNS. Lain lagi dengan adik kawan kantor yang menjelang seminggu resepsi pernikahannya dilarikan orang lain yana masih sepupunya, padahal uang seserahan sudah sebagian dibelanjakan cerita kawan kantor saya itu.  Mengapa bisa terjadi seperti itu, sampai saat ini saya juga masih terheran-heran (kesenjangan budaya kali ya). Tapi, kalau pembaca mempunyai kawan yang asli Lombok bisa ditanyakan mengapa hal itu bisa terjadi. Keunikan lainnya, melarikan yang seharusnya tanpa sepengetahuan orang tua atau keluarga ini terkadang malah pihak keluarga si gadis yang menyarankan untuk melarikan anaknya itu. Ini berlaku jika calon pengantin pria dari luar suku, misalnya pria Jawa. Kasus seperti ini dialami tetangga saya yang jadi guru di sebuah SMK di Kabupaten Sumbawa. Di tempat itulah dia ketemu gadis Lombok itu. Alasan keluarganya biar memenuhi syarat tradisi dan tidak jadi bahan omongan tetangga. Lucu bukan? Tapi, tetangga saya dari Jombang itu malah bikin repot kami kawan-kawannya karena tidak tahu harus berbuat apa.

Selama dibawa lari si gadis harus dititipkan kepada salah satu keluarga si perjaka. Dan, jangan dibayangkan dalam proses “pelarian” ini mereka bebas melakukan apa saja. Setelah sehari semalam, barulah pihak keluarga lelaki datang kepada keluarga perempuan untuk memberitahukan bahwa anak gadisnya sudah dilarikan berikut membicarakan kesepekatan uang seserahan dan tanggal pernikahan mereka.
Prosesi  Nyongkolan juga merupakan saat-saat bersuka cita bagi kedua pengantin lebih-lebih pengantin wanita karena saat itulah dia akan bertemu dengan seluruh keluarga yang ditinggalkan guna untuk memulai hidup baru bersama sang suami. Dikalangan kaum muda mudi upacara nyongkolan adalah saat yang paling dinanti-nanti,jauh hari sebelumnya mereka telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk di pakai pada saat nyongkolan,mulai dari pakaian adat dan perhiasan serta aksesoris lainya agar penampilannya terlihat lebih gaya dalam  mengiringi sang pengantin.

dimohon supaya komentar relevan dengan judul postingan terima kasih