Prinsip dan Prosedur Pengelolaan Pelatihan - DENAWANTO

4/09/2019

Prinsip dan Prosedur Pengelolaan Pelatihan

A. PRINSIP-PRINSIP PELATIHAN

Pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan atas sesuatu oleh seseorang senantiasa diperoleh melalui proses belajar. Belajar diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Perubahan tingkah laku dalam belajar memiliki karakteristik, yakni: terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bersifat permanen, memiliki tujuan dan mencakup seluruh aspek tingkah laku ( Surya & Amin, 1984: 13-15).

Dengan demikian, belajar merupakan proses psik-fisiologis yang mengubah tingkah laku individu, yang berupa aktual, dan potensial, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan diperoleh dengan usaha sadar (Sudjana & Rivai, 2003:36; Brown, 1994:7).

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali digunakan istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan mengacu kepada komunikasi yang terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan belajar; pembinaan mengacu kepada usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik; sedangkan pelatihan mengacu kepada usaha, proses atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai keterampilan.

Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni konsistensi, konvergensi, dan kontinuitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan pendidikan harus serasi dan ajeg dalam mengembangkan potensi peserta didik. Konvergensi berarti pendidikan bertolak dari suatu landasan yang jelas. Kontinuitas berarti bahwa pendidikan harus ditempuh dan berkelanjutan (Sudjana, 1983:29).

B. PROSEDUR PENGELOLAAN PELATIHAN


Pengelolaan latihan merupakan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang berupa kegiatan memahirkan. Prosedur pengelolaan pelatihan secara hierarkis dapat diuraikan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

  • Identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan. Kebutuhan pelatihan ada yang bersifat kelembagaan, kesatuan unit dalam lembaga, atau kebutuhan pelatihan yang bersifat individual.
  • Menguji dan analisis jabatan dan tugas. 
  • Klasifikasi dan menentukan peserta pelatihan.
  • Rumusan tujuan pelatihan.
  • Pendesainan kurikulum dan silabus pelatihan.
  • Perencanaan program pelatihan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu: latar belakang, tujuan, biaya/sumber dana, tempat, jadwal pelatihan (waktu, materi, dan pemateri), susunan panitia pelaksanaan, tata tertib, nara sumber dan peserta pelatihan.
  • Penyusunan dan kerangka acuan (TOR).
  • Pelaksanaan program pelatihan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu komunikasi, logistik, fasilitator, peserta dan prasarana pendukung lainnya.
  • Evaluasi program dan tindak lanjut pelatihan. Hal ini untuk mengetahui berbagai kekurangan, kelemahan, dan kelebihan, baik penyelenggaraan pelatihan maupun dalam prosesnya sehingga dapat mengetahui tindakan selanjutnya.

dimohon supaya komentar relevan dengan judul postingan terima kasih