Strategi dan Prinsip Pemberdayaan dalam Keluarga - DENAWANTO

1/28/2019

Strategi dan Prinsip Pemberdayaan dalam Keluarga

Keluarga memeiliki makna sentral dalm sebuah realitas sosial. Hampi semua disiplin ilmu memandang keluarga sebagai etnis terkecil yang sangat fokal.

Dalam ilmu ekonomki dikenal domestic economy dan subsitence economy yang kajiannya terpusat pada keluarga. Antropologi telah lama mencermati livelihood strategis dan household mechanism sebagai sisitem penanganan masalah yangberbasis keluarga. Pekerjaan sosial juga telah banyak berjasa dalam mengembangkan berbagai pelayanan sosial untuk keluarga.

Banyaknya pihak yang memeprhatikan keluarga sebagai tema pemberdayaan, sebenarnya merupaka hal positif jika dibarengi adanya koordinasi lintas kalangan, situasi ini dan sektoral. Sebaliknya, tanpa sinergisita dan pemborosan sumberdaya, keberlebihan tumpang tindih program, kejenuhan sasaran, dan bahkan system yang pada gilirannya menjauhkan pencapaian tujuan pemberdayaan. Dalam konteks ini, aliansi antar lintas kalangan merupakan sebuah keniscayaan. Aliansi ini layak dikedepankan sebagai strategis pemberdayaan keluarga.

Aliansi atau persekutuan dapat diartikan sebagai kumpulan perseorangan, kelompok, atau organisasi yang mkemiliki sumberdaya (sarana, prasarana, dana, keahlian, akses, pengaruh, informasi) yang trersedia dan kemudian terlibat aktif mengambil peran atau menjalankan fungsi dan tugas terttentu dalam suatu ranbgkaian kegiatan yang terpadu. Dengan kata lain, aliansi adalah sebuah jaringan kerja antar lintas yang memiliki keahllian dan sumberdaya berbeda namun memeiliki komitmen dan agenda yang sejalan. Dilihat dari kedekatan visi dan fungsi dari masing-masing anggota aliansi, maka dapat dibedakan aliansi strategis dan alilansi taktis.
  1. Aliansi strategis menunjuk pada sekutu dekat atau lingkarran ini merekia tergabung dalam pokja garis dean yang bertugas sebagai penggagas, pemrakarsa, pendiri, penggerak utama sekaligus penentu pengendalian arah kebijakan dari sebuah aliansi.
  2. Aliansi taktis menunjuk pada sekutu jauh atau lingkaran luar yang seringkali tidak terlibat langsung dalam kegiatan aliansi. Mereka umumnya bergabung dalam pokja pendukung dan pokja basis yangbertugas membantu menyediakan sarana, logistic, data kader yang dibutuhkan oleh lingkaran itu.
Dengan demikian, sebuah aliansi dalam suatu gerakan ppemberdayaan keluarga bisa saja merupakan suatu pelangi warna-warni dari berbagai pihak. Aliansi dapat terdiri dari lembaga pemerintah, non-pemerintah, partai politik, anggota profesi, dan pakar-pakar akademisi. Bahkan asosiasi mahasiswa, media massa dan perusahaan swasta dapat pula dapat pula menjadi anggota aliansi. Bentuk dan sifat antar anggota sekutu semacam ini sangat eragam dantunya memerlukan manajemen dan koordinasi yang tidak sederhana. Pembagian alliansi menjad dua poros (aliansi atrategis dan aliansi taktis) dapat membantu untuk mengidentifikasi posisi seluruh ksejuutu dalam beberapa lapspi lingkaran berdasarkan kedekatan visi dan  misi yang diusung.

Dalam wacana pemberdayaan keluarga, sedikitnmya ada tiga tugas utama yang dapat di lakukan oleh sebuah alliansi

1. Menganalisi isi-isiu strategis yang berkaitan dengan permasalahandalam peran keluarga dalam konteks global dan nasional. Isu-isu strategis ini secara berkala dianalisisi dan kemudian ditetapkan satu isu yang akan djadikan rencana aksi. Sedikitnya ada beberapa karakteristik bekenaan dengan isu-isu strategis :
  • Isu tersebut bersifat actual
  • Sejalan dengan prioritas atau tingkat urgensi kepentingan public
  • Sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan sejalan dengan visi serta agenda perubahan sosial
  • Mempertimbangkan kemungkinan keberhasilan. Dapatkah isu tersebut direspon melalui aliansi?
  • Isu tersebut relevan dengan pekerjaan dan misi organisasi yang menjadi anggota aliansi
2. Merumuskan grand design dan grand starrategy program-program pemberdayaan keluarga. Parameter yang dapat digunakan dalam membuat disain dan strategi besar program dapat mengacu pada prinsip SMART yang secara harafiah bisa diartikan CERDAS. SMART merupakan akronim dari;
  • Specific (khusu dan terfokus)
  • Measurable (terukur) 
  • Achievelabe (sesuai dngan sumber dan kemampuan yang ada)
  • Time-bound (memiliki batasan waktu yang jelas)
3. Melakukan advokasi terhadap kebijakan-kebijakan public pada tingkat makro. Advokasi  dapat dilakukan baik terhadap kebujakan yang danggap menungjang maupun menghambart proses pemberdayaan keluarga.
  • advokasi adalh upaya untuk mempengaruhai kebijakan public melalui berbagai bentuk komunikasi persuasive
  • advokasi berkaitan dengan strategi mememnangkan argument dan mengubah prilkau
  • advokasi adalh sebiuah proses yang melibatkan seperangkat tindakan politis yang dlakukan oleh warga Negara terorganisir untuk mentransformasikan hubunga-hubungan kekuasan
  • tujuan advokasi adalh untuk mencapai perubahan kebijak tertentu yang bermanfaat bagi penduduk yang terlibat dalam proses tersebut
  • advokasi yang efektif dilakukan sesuai dengan rencana strategis dan dalam kerangka waktu yang masuk akal (sharto, 2004).
PRINSIP

Orang-orang yang tergabung dalam jaringan sekutu ini dapat saja memioliki pandangn dan bahkan idieologi politik yanbg berseberangan dengan lingkar inti. Meskipun para angota aliansi berasal dari berbagai organisasi yang memiliki tugas pokok dan fungsi berlainan tidska berarti bhwa sebuah aliansi sangat sulit menyatukan langkah dan tujuan. Bebrrapa prinsip di bahwah ini dapat dijadikan acuan dalam membentuk aliansi:
  1. carilah poersamaan visi, bukan perbedaan kepentingan. Mulai dengan berbaik sangka
  2. gagasan capaian-capaian kecil terlebih dahulu kerjakan kegiatan-kegiatan
  3. kerjakan kegiatan-kegiatan seperti yang telah direncanakan
  4. jadikan isu yang disepakati sebagai inti gerakan dan tetaplah berppijak pada su tersebut
  5. senantiasa terbuka terhadap pandangan lain. Bersedia bermufakat senantiasa memiliki semangat win-win negotiation
  6. dinamis dan inovatif. Tidak mandeg dan tidak puas dengan capaian lalu. Berusaha terus menerus menggagas temuan-temuan baru. Merancang rencana aksi baru. Menyempurnakan kemenangan-kemenangan terdahulu
Manakala prinsip-prinsip diatas telah mamppu dipenuhi, berbagai orang dari organisasi yan berlainan dapat bekerja sama mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks ini, kelompok lingkar inti tidak perlu menutup diri. Kelompok inti itu tidak perlumenjadi anggota sekutu sesuai dengan dukungan dan sumberdya yang dimilikinya. Proses pembentukan sebuah aliansi dapat melalui tahapan sebagai berikut.
  1. Mencari focus yang akan dijadikan agenda utama aliansi. Elaborasi isu-isu krusial dalam pemebrdayaan keluarga. Fokuskan sasaran utamanya.
  2. Mengidentifikasi stakeholder dan mengeksplorasi pihak-pihak yang potensial menjadi pendukung penentang agenda aliansi. Lakukan stakeholder analysis
  • Stakeholder inti tertarik pada wacana pemberdayan keluarga?
  • Apa alasan stakeholder tertarik dengan wacana tersebu?
  • Bagaimana posisi mereka saat ini? (mendukung, netral, menentang)?
  • Seberapa besar tingkat pengaruh mereka terhadap aliansi (tinggi, sedang, rendah)?
  • Apa sumber yang dimiliki stakeholder?
  • Dimana posisi stakeholder yang paling tepat 
DAFTAR PUTSAKA


Suharto Edi (2014). Membangun Masyarakat memberdayakan Rakyat kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosisal. Bandung. Reflika Aditama

dimohon supaya komentar relevan dengan judul postingan terima kasih